Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melihat hubungan erat antara penguasa suatu negara dan pers. Di Indonesia, ia melihat perubahan hubungan antarkeduanya di masa lalu dengan masa kini.
"Dulu pers itu takut kepada penguasa, tapi sekarang saya tidak tahu, barang kali sekarang penguasa yang takut pada pers," katanya dalam pidato sambutan di ulang tahun Majalah Tempo ke-40, di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu, 9 Maret 2011.
Namun menurutnya, siapa takut dengan siapa bukan hal yang perlu dipersoalkan. Baginya, yang terpenting adalah relasi yang dibangun. Dalam hal ini, penguasa harus menggunakan kekuasaan sesuai aturan hukum di bawah kontrol ketat pers.
Itu penting agar tak ada kekuasaan yang disalahgunakan. "Karena saat ini kekuasaan di Presiden sudah ramping dan dilucuti, serta ada kontrol ketat dari pers. Itu relasi antara pemegang otoritas dan pers," ujarnya.
Di masa Orde Baru, sejumlah media kerap mengalami pembredelan lantaran menerbitkan artikel yang dinilai mengancam pemerintahan. Selain Tempo, media yang pernah mengalami pembredelan adalah Tabloid Detik dan Majalah Editor. Kebebasan pers mulai terlihat selepas runtuhnya Orde Baru yang ditandai dengan munculnya sejumlah media massa baru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih telah berkomentar di blog ini, salam sejahtera yah kawan :)